Thursday, April 28, 2011

Jika ada saatnya, sanggupkah kita mengubah gaya hidup?


Akhirnya saya nonton juga film ini, seperti biasa via DVD bajakan (aduh maaf sekali lagi Hollywooders – mau nonton yang resmi kok sudah keburu terganti dengan Suster Keramas 2…blame it on my government).

Awalnya saya ingin nonton ini karena memang saya selalu senang dengan topik berbau korporat – karena bisa digunakan untuk bahan pelajaran untuk TIDAK berperilaku seperti itu. Jujur saja rasanya ketidakpercayaan saya terhadap dunia korporasi sudah terlanjur mendarah daging, sejak saya kuliah. Dan semakin kuat begitu usia saya makin bertambah dan terjun langsung ke dunia ini.

Jadi begitu saya lihat judulnya, saya penasaran ingin tahu film ini cerita tentang apa. Plus lihat siapa pemainnya juga rasanya film ini harusnya lumayan tonton-able.

Cerita film ini berkisar pada 3 tokohnya: Bobby (Ben Affleck), Gene (Tommy Lee Jones) dan Phil (Chris Cooper) yang terkena downsizing di perusahaan tempat mereka bekerja saat Amerika terkena dampak krisis ekonomi. Bobby hidup dalam typical American dream: rumah besar di suburb, karir cemerlang, Porsche, keanggotaan eksklusif di golf club. Gene – salah satu dari pegawai pertama sekaligus pendiri perusahaan, sahabat dan tangan kanan dari CEO, yang pastinya tidak pernah mengira dia juga akan terkena dampak downsizing mengingat perjuangan hidupnya yang seiring dengan perjuangan perusahaan mencapai sukses. Sementara Phil adalah juga salah satu ‘orang lama’ yang juga berpikir karirnya tidak akan terancam setelah lebih dari 30 tahun mengabdi di perusahaan ini.

Tapi kenyataannya, apapun yang telah diberikan pegawai pada perusahaan, akan bermuara pada satu hal: angka. Saat angka terancam, maka pegawai adalah hal pertama yang dilihat untuk dikurangi. Performa kerja yang cemerlang, pengabdian puluhan tahun, bahkan pertemanan, jadi tidak berarti. Dan mereka bertiga terpuruk dalam kolam yang bernama pengangguran.

Yang paling ‘tenang’ tentunya adalah Gene – yang telah memiliki saham jutaan dolar karena ia adalah salah satu pendiri perusahaan. Dari ketiga tokoh ini, Gene adalah yang paling tidak terpengaruh dari segi gaya hidup.

Lain lagi Phil, yang akhirnya bunuh diri, karena frustrasi dengan kenyataan bahwa dia tidak dapat lagi membiayai sekolah anak-anaknya di universitas yang ternama.

Sementara Bobby yang sudah terbiasa dengan jas mahal, mengendarai Porsche, rumah besar, keanggotaan eksklusif, mencoba meneruskan hidup tapi cukup menderita dengan 'status' barunya itu. Dan di film ini, Bobby terlihat enggan meninggalkan gaya hidupnya walaupun sudah berbulan-bulan menganggur. Sampai akhirnya tiba cek gajinya yang terakhir, dan dia mau tidak mau harus bangun dari mimpi panjangnya that everything is going to be alright, karena nyatanya, everything sucks. Akhirnya dia harus melepaskan Porsche-nya, menjual rumah besarnya dan pindah ke rumah orang tuanya, dan akhirnya, harus rela bekerja dengan kakak iparnya.

Diperankan oleh Kevin Costner, si kakak ipar adalah seorang home builder. A self-employed man, bekerja bukan dengan jas keren, tapi dengan baju tukang, tangan dan tenaga, dimana tentunya keahlian ‘eksekutif’ Bobby tidak berlaku. Bobby akhirnya harus belajar untuk menurunkan harapannya sendiri, belajar untuk ‘bekerja kasar’ berurusan dengan paku, semen, pasir, papan dan batu, dan belajar untuk melepaskan dirinya dari kungkungan gaya hidupnya.

Menonton film ini, akhirnya yang saya pelajari adalah hati-hatilah dengan gaya hidup.

Tentunya seiring dengan kesejahteraan dan kemakmuran, gaya hidup kita akan berubah. Ada barang-barang atau kegiatan-kegiatan yang akhirnya kita konsumsi, atas nama kemakmuran dan alasan “Saya sudah bisa beli, jadi kenapa nggak?”. Dan tanpa kita sadar, kita biarkan diri kita terbelenggu hal-hal yang superficial itu.

Tapi menonton film ini jadi membuat saya bertanya, “Apa iya semua itu dibutuhkan?. Apa iya semua harus barang bermerek yang dibeli di mal dengan lantai mengkilap?. Lalu kalau sudah melakukan itu semua apa kemudian hidup jadi lebih bernilai?”. Hmmmm….kalau mau jujur banget sih, jawaban saya adalah tidak. Tapi kadang-kadang we just want to feel good about ourselves. Saya sendiri kadang begitu.

Saya pernah tanpa pikir panjang membeli sebuah tas dari Nine West. Padahal saya tidak pernah sebelumnya mau beli tas bermerek. Waktu itu saya beli karena dua alasan: saya sedang suntuk, dan saya merasa itu tadi, kan saya punya uang. Tapi seminggu sesudahnya, saya melihat tas itu dan bertanya pada diri sendiri, “Ngapain sih gue beli tas ini. Bentar lagi juga bosen. Lagian emang apa juga nilai tambahnya buat gue ya – kemana-mana juga gue dekil, mau pake tas apa juga gak ngaruh. Kenapa gue gak beli yang lebih murah aja ya”. Tapi yaaa….begitulah. Ada keinginan untuk menyenangkan diri sendiri, dan ada kesadaran bahwa ‘saya bisa beli’ itu tadi. Dua jebakan Batman yang paling berbahaya…

Tapi hal-hal remeh temeh itu sering sekali menggoda, kita sadari atau tidak. Dan, kita sadari atau tidak, itu terjadi berulang kali dan menjadi pola. Dan kalau sudah begitu, rasanya susah untuk dikatakan bahwa itu adalah ‘ketidaksengajaan’.

Padahal, seperti yang ditunjukkan di film ini, roda kehidupan akan bergulir. Adakalanya kita di atas, tapi akan ada saatnya kita di bawah. Nah, pada saat kita di bawah, sanggupkah kita mengalahkan ego diri sendiri untuk tidak terpaku pada hal-hal superficial seperti segala barang dan kegiatan ‘kosmetik’ itu, dan kembali pada kebersahajaan, kesederhanaan. Cause at the end of the day, kebaikan seorang manusia tidak pernah diukur dari mobilnya, bajunya, tasnya atau klubnya. Tapi dari bagaimana dia menyikapi hidupnya.

Ya mudah-mudahan kita tidak pernah harus menghadapi hal yang seberat Bobby – dengan catatan kita sekarang ini belum sebegitunya membiarkan diri terbelenggu pada hal-hal superficial tadi. Kalaupun sudah terlanjur, ya mudah-mudahan kita masih diberikan kekuatan untuk bisa kembali pada ‘ketiadaan’ dan menghadapi kesulitan dengan selalu berbesar hati. Bagaimanapun juga, rezeki Tuhan juga ada pada hal-hal kecil, yang sayangnya mungkin kita sering lupakan. Dalam dunia konsumtif sekarang ini, mungkin ada baiknya kita mulai makin menghargai hal-hal kecil, dan bukan cuma barang atau kegiatan yang kita bisa dapatkan atau nikmati dengan membelanjakan ratusan atau jutaan rupiah. Supaya saat kita ‘jatuh’, kita tidak kaget, dan masih mampu tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak.


(R I R I)

Thursday, April 14, 2011

This feeling...that start of the journey...

Somehow, I knew this year is gonna be different.

I’ve hit my 40 – which felt great. Never thought hitting that age could make me felt so exhilarated. I didn’t expect it would actually give me so much energy to keep on going. Energy to do something different and new. Something that I never thought I’d ever have the courage to do.

But then life always offers some surprises. I turned around a bend and suddenly felt, eh, what was I doing here?. Why did I feel so awful about myself?. Why did I suddenly feel I haven't contributed much?. Why did I suddenly feel like a zombie, just moving along aimlessly and losing the grip to what I've always held dear in my heart: the passion to create something new no matter how little, every single day?. Where has that feeling gone?. Why did I feel trapped and suffocated?.

And one fine day, it dawned on me what happened and what I should do next. I can't and SHOULD NOT, stop here. I have to move on. I have my life ahead of me and I don't want to waste any single moment anymore. I have to make my dreams come true in the ways that I KNOW how.

So now, here I am. Looking at that long road ahead with a big smile on my face and a belief in my heart that though this road is going to be tough, I will make it to the end.That though this road is going to be bumpy, but at least I know I am behind the wheel, and I have co-drivers and crew that I can rely on. I am no longer a lone voice screaming to the wall. I am no longer a zombie moving along without a clear vision in front of me. I am, what I am again: wanting to see things happening, not wanting to stop at one point, not being easily satisfied and yet not too ambitious to reach for too many things. I want to live with passion and fire that keeps on burning.

I’m having a ball, don’t stop me now!



Don't Stop Me Now (Queen)

Tonight I'm gonna have myself a real good time
I feel alive and the world it's turning inside out Yeah!
I'm floating around in ecstasy
So don't stop me now don't stop me
'Cause I'm having a good time having a good time

I'm a shooting star leaping through the skies
Like a tiger defying the laws of gravity
I'm a racing car passing by like Lady Godiva
I'm gonna go go go
There's no stopping me

I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic man of you

Don't stop me now I'm having such a good time
I'm having a ball don't stop me now
If you wanna have a good time just give me a call
Don't stop me now ('Cause I'm having a good time)
Don't stop me now (Yes I'm having a good time)
I don't want to stop at all

I'm a rocket ship on my way to Mars
On a collision course
I am a satellite I'm out of control
I am a sex machine ready to reload
Like an atom bomb about to
Oh oh oh oh oh explode

I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic woman out of you

Don't stop me don't stop me don't stop me
Hey hey hey!
Don't stop me don't stop me
Ooh ooh ooh (I like it)
Don't stop me have a good time good time
Don't stop me don't stop me
Ooh ooh Alright
I'm burning through the skies Yeah!
Two hundred degrees
That's why they call me Mister Fahrenheit
I'm trav'ling at the speed of light
I wanna make a supersonic woman of you

Don't stop me now I'm having such a good time
I'm having a ball don't stop me now
If you wanna have a good time
Just give me a call
Don't stop me now ('Cause I'm having a good time)
Don't stop me now (Yes I'm having a good time)
I don't wanna stop at all

La la la la laaaa
La la la la
La la laa laa laa laaa
La la laa la la la la la laaa hey!!....


(R I R I)

Bayangkan

Saat saya menulis ini, Indonesia sedang mengalami badai kedua (atau bahkan ketiga?), yang mengakibatkan naiknya kasus dan tingkat kematian, ...

Popular Posts